Mengukur Kekuatan ( 1 )



Dia ragu untuk bertahan. Ketika jalanan semakin menggenang, dan kendaraan sudah jarang. Mega merah nampak diufuk barat secara merata. Sebentar lagi adzan maghrib akan berkumandang. Akhirnya dengan berat hati dia bergegas. Ditinggalkannya tempat itu tanpa menoleh sedikit pun ke belakang.

Sudah sejak lama dia mencintai hujan. Hujan selalu menghidupkan kenangan. Hujan membuat peristiwa biasa jadi sangat berkesan. Dulu, ketika dia masih menjadi siswa di sekolah menengah atas. Duduk manis diatas sepeda ketika hujan merupakan kebahagiaan. Atau berlarian dengan teman untuk menikmati air yang turun. Kenangan yang susah dia lupakan.

Air yang menetes membasahi bumi kemudian dari butiran butiran itu menggenang membentuk sungai kecil. Alangkah indahnya. Dia merasa sebagai anak desa paling bahagia.

Orang tuanya tak pernah menegur ketika dia pulang dalam kondisi kuyub. Dia dan hujan merupakan sahabat yang tak terpisahkan. Memang antara dia dan hujan selalu mengalami peristiwa menyenangkan.

Bagaimanapun juga, hujan itu menyehatkan. Tak pernah dia jatuh sakit hanya karena kehujanan. Yang ada daya tahan tubuhnya semakin kuat. Dia yang awalnya tampak ringkih ditempa hujan menjadi tangguh dan kuat.

Gadis kecil didikan alam pedesaan. Dengan segala kesederhanaan yang melingkupinya. Dulu dia berandai andai, jika Allah memberi kesempatan untuknya, ingin rasanya menembus jantung kehidupan kota. Sejak lahir hanya wilayah kecil ini yang dia jelajahi. Bukan dia bosan. Hanya rasanya berpetualang lebih menyenangkan.

Kali ini, dia kembali terkenang dengan perjalanan panjang ketika masih sekolah. Perjuangan yang tak akan terlupakan. Tentang dakwah, tentang persahabatan dan tentang pengkhianatan. Dia sudah berdamai dengan masa lalunya. Tak ada pikiran untuk dendam maupun sakit hati. Dia sudah lebih kuat hari ini. Hanya hujan selalu menghadirkan kenangan tak diharapkan. Sepertinya separoh jiwanya terpengaruh dengan tangisan langit.

Ah, hujan. Hidup memang tak mungkin lepas dari masa lalu. Dengan kekuatan iman dia mencoba bertahan, dan bersungguh sungguh menyiapkan masa depan.

Hujan dan kenangan, ketika datang berbarengan seperti sore ini. Akan diimbangi dengan segelas teh hangat dengan sedikit gula. Kemudian diguyurnya air ke seluruh badan. Rasanya segar. Terpenting menggigilnya badan harus segera hilang.

Dari ujung kamar dia dengar lirih lirik lagu dari youtube yang dinyalakan oleh adeknya.

Listen to thw rythme of the falling rain.
Telling me just what a fool i've been.
I wish that it would go and let me cry in vain.
And let me be alone again.
Ah, hujan.
(David Danovan, riythme of the rain).
Bersambung..

Komentar

Paling dicari

Seri Keputrian : Perempuan dan kecantikan.

Sejarah : Kisah Nabi Muhammad SAW

Dunia Berkualitas kita