Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2018

Biji Kopi

Gambar
Karena hadirnya cinta, mampu menghangatkan suasana. Dingin hingga membuat tubuh enggan bergerak, ditemani butiran-butiran syahdu menetes dari langit membuat suasana hati semakin tak menentu, antara melanjutkan perjalanan atau selonjoran dalam waktu yang tak bisa dipastikan. Tapi pilihan harus tetap dilakukan. Maka, meski dengan berat hati langkah kecil harus tetap dimulai untuk melanjutkan perjuangan panjang. Dan, disinilah kita saat ini. Di ujung timur kabupaten Malang. Menyesap wanginya bunga kopi dan menikmati suguhan hangat penuh kekeluargaan. Di desa itu setiap ada yang berkunjung para pemilik rumah akan memberikan semua yang mereka punya. Mulai dari segelas teh, beberapa piring makanan hingga isi kebun di samping rumah. Bawalah semua semampu kalian. Jumlah bukan masalah asal tidak untuk dijual kembali. Kita berkunjung serasa merampok karena banyaknya barang yang dibawa pulang. Padahal sepeda penuh keterbatasan. Padahal menikmati pemandangan kopi yang memb

Eid Mubarak ♡

Fajar 1 Syawal telah menyingsing. Memberi harapan baru bagi kehidupan. Umat Islam kembali suci. Seperti bayi yang terlahir kembali. Harapan dan impian terbentang. Hangatnya mentari memberikan kepastian. Manusia berlomba-lomba melakukan kebajikan. Silaturrahim, bersedekah, dan membantu sesama. Indahnya ukhuwah tampak dalam balutan yang anggun. Semua membaur tanpa penghalang. Kaya miskin pejabar rakyat pegawai karyawan semua saling memaafkan. تقبل اللة منا و منكم،تقبل يا كريم Happy Eid Mubarak. Selamat beranjang sana, menikmati liburan yang tersisa. Siapa tahu sesuai kehendak pemilik kehidupan. Setelah lebaran, terbitlah lamaran. ♡♡♡

Aku dan Kau Jadilah Kita

Terkadang hidup penuh ketimpangan. Asa bertebaran dimana mana. Mengukir wajah penuh kecemasan, ketakutan, kekhawatiran dan kekejaman. Menakutkan bagi sebagian orang dimana hukum mirip hukum rimba. Mereka yang kuat yang bakal berkuasa. Agama seolah-olah lenyap dari kehidupan kita. Bagaimana tidak, Tuhan seolah-olah tak hadir ketika manusia terjatuh di lembah terbawah kehidupan. Menimbulkan kesedihan berkelanjutan yang sulit untuk dilupakan. Seorang kawan, kehilangan ibu kandung sekaligus rumah tinggal di saat bersamaan . Tampak kehidupan ini tanpa hati nurani, mereka sudah jatuh tertimpa tangga pula. Begitu juga puluhan yang lain. Mereka berjuang habis habisan dan berujung pada kegagalan. Ah, hidup Terkadang bercandanya ngga asyik Puluhan orang bekerja keras seharian dan hanya cukup untuk makan. Sebagian yang lain harus terpisah bercerai dan menjadi tanggungan hidup keluarganya. Dimana Tuhan ketika di posisi seperti ini? Bukankah Tuhan tak akan membebani hamba melebi