Tugas aksi nyata 1.4.a.9 Budaya positif
Budaya positif
Membangun budaya positif di sekolah : Bijak menyikapi keterlambatan siswa
Guru berperan besar sebagai coach, pelatih, mentor, pendamping, merupakan unsur penting dalam pembentukan budaya positif di sekolah.
Salah satu yang pingin saya sorot hari ini adalah tentang kedisiplinan. Terutama ketika menghadapi siswa yang terlambat datang.
Ada banyak reaksi yang diberikan oleh guru ketika menghadapi keterlambatan siswa. Mulai dijemur di tiang bendera, dibiarkan menunggu berjam jam di depan gerbang. Atau dipermalukan di depan umum yang bisa dilihat oleh banyak siswa.
Pernahkah sekali terbesit di hati kita, untuk tabayyun atau klarifikasi ke yang bersangkutan, "kenapa sampai terlambat ke sekolah? "
Pernah terjadi di sekolah PP (Pengajar praktek guru penggerak) penggerak saya, ada seorang anak yang setiap hari datang terlambat. Dihukumlah si anak itu dengan di suruh hormat kepada tiang bendera selama pembelajaran awal di sekolah karena saat itu PP penggerak berinisiatif untuk berdiskusi dan bertanya apa yang telah terjadi, maka mengalirlah cerita yang sangat mengharu biru, kenapa dia terlambat
Ternyata dia di rumah harus merawat ibunya yang sakit stroke dan tidak bisa beranjak dari ranjang, sedangkan ayahnya juga sakit dan tidak bekerja. Dia berjuang sendirian menghadapi kerasnya kehidupan saat itu.
Atau apa yang pernah saya alami sendiri, beberapa waktu lalu. Saya pernah mengalami keterlambatan hampir 30 menit karena kakaknya Mbah wafat. Ngga etis ketika ada peristiwa begitu saya tetep bekerja setidaknya menunggu sampai prosesi pemakaman selesai.
Atau hasil sounding saya hari ini dengan siswa SMA di lingkup saya tinggal.
Mereka berkisah bahwa mereka sampai di sekolah jam 06.29 padahal sekolah seharusnya tutup jam 06.30 ada waktu 1 menit sebelum penutupan gerbang. Dan di depan gerbang sudah banyak anak yang antri pingin masuk. Akhirnya ada beberapa anak yang memutuskan untuk putar balik dan tidak jadi berangkat ke sekolah . "Jika terlambat di poin Bu, sebanyak 5 poin dan tidak masuk sekolah juga kena poin pelanggaran 10 poin. Saya mending gak usah datang ke sekolah karena sama sama di poin dan selisihnya sedikit. Kenapa pihak sekolah tidak memberi kelonggaran 5 menit saja agar para siswa yang ada di depan gerbang bisa belajar dengan baik.'
Tetapi ketika hal semacam itu tidak tersampaikan dengan baik, maka masalah kedisiplinan ini menjadi bumerang yang menyulitkan banyak pihak.
Mari kita kembalikan ke diri kita sendiri? Pernahkah kita terlambat? Kenapa kita terlambat? Apa yang sebaiknya kita lakukan ketika anak anak kita terlambat?
Masih relevan hukuman fisik terhadap proses tumbuh kembang murid untuk mencapai hasil pembelajaran yang baik?
Jika belum, sudah saatnya kita bersama sama memperbaiki pola komunikasi kita ketika menghadapi keterlambatan baik rekan guru maupun siswa
Membangun komunikasi dua arah yang sehat antara kita dengan siswa yang terlambat memang sangat diperlukan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah tersebut. Tanpa komunikasi yang sehat dan hanya berlaku hukuman maka akan menimbulkan efek jangka panjang yang kurang mendidik. Sejatinya kelas adalah tempat paling nyaman untuk belajar. Rumah kedua bagi guru dan siswa dan itu bisa dimulai dari komunikasi yang efektif dan problem solving yang jelas dan terarah.
Dan mencoba menemukan solusi terbaik agar semua orang bertumbuh sebagaimana seharusnya
Membangun budaya positif di sekolah : Bijak menyikapi keterlambatan siswa
Guru berperan besar sebagai coach, pelatih, mentor, pendamping, merupakan unsur penting dalam pembentukan budaya positif di sekolah.
Salah satu yang pingin saya sorot hari ini adalah tentang kedisiplinan. Terutama ketika menghadapi siswa yang terlambat datang.
Ada banyak reaksi yang diberikan oleh guru ketika menghadapi keterlambatan siswa. Mulai dijemur di tiang bendera, dibiarkan menunggu berjam jam di depan gerbang. Atau dipermalukan di depan umum yang bisa dilihat oleh banyak siswa.
Pernahkah sekali terbesit di hati kita, untuk tabayyun atau klarifikasi ke yang bersangkutan, "kenapa sampai terlambat ke sekolah? "
Pernah terjadi di sekolah PP (Pengajar praktek guru penggerak) penggerak saya, ada seorang anak yang setiap hari datang terlambat. Dihukumlah si anak itu dengan di suruh hormat kepada tiang bendera selama pembelajaran awal di sekolah karena saat itu PP penggerak berinisiatif untuk berdiskusi dan bertanya apa yang telah terjadi, maka mengalirlah cerita yang sangat mengharu biru, kenapa dia terlambat
Ternyata dia di rumah harus merawat ibunya yang sakit stroke dan tidak bisa beranjak dari ranjang, sedangkan ayahnya juga sakit dan tidak bekerja. Dia berjuang sendirian menghadapi kerasnya kehidupan saat itu.
Atau apa yang pernah saya alami sendiri, beberapa waktu lalu. Saya pernah mengalami keterlambatan hampir 30 menit karena kakaknya Mbah wafat. Ngga etis ketika ada peristiwa begitu saya tetep bekerja setidaknya menunggu sampai prosesi pemakaman selesai.
Atau hasil sounding saya hari ini dengan siswa SMA di lingkup saya tinggal.
Mereka berkisah bahwa mereka sampai di sekolah jam 06.29 padahal sekolah seharusnya tutup jam 06.30 ada waktu 1 menit sebelum penutupan gerbang. Dan di depan gerbang sudah banyak anak yang antri pingin masuk. Akhirnya ada beberapa anak yang memutuskan untuk putar balik dan tidak jadi berangkat ke sekolah . "Jika terlambat di poin Bu, sebanyak 5 poin dan tidak masuk sekolah juga kena poin pelanggaran 10 poin. Saya mending gak usah datang ke sekolah karena sama sama di poin dan selisihnya sedikit. Kenapa pihak sekolah tidak memberi kelonggaran 5 menit saja agar para siswa yang ada di depan gerbang bisa belajar dengan baik.'
Tetapi ketika hal semacam itu tidak tersampaikan dengan baik, maka masalah kedisiplinan ini menjadi bumerang yang menyulitkan banyak pihak.
Mari kita kembalikan ke diri kita sendiri? Pernahkah kita terlambat? Kenapa kita terlambat? Apa yang sebaiknya kita lakukan ketika anak anak kita terlambat?
Masih relevan hukuman fisik terhadap proses tumbuh kembang murid untuk mencapai hasil pembelajaran yang baik?
Jika belum, sudah saatnya kita bersama sama memperbaiki pola komunikasi kita ketika menghadapi keterlambatan baik rekan guru maupun siswa
Membangun komunikasi dua arah yang sehat antara kita dengan siswa yang terlambat memang sangat diperlukan untuk membantu siswa menyelesaikan masalah tersebut. Tanpa komunikasi yang sehat dan hanya berlaku hukuman maka akan menimbulkan efek jangka panjang yang kurang mendidik. Sejatinya kelas adalah tempat paling nyaman untuk belajar. Rumah kedua bagi guru dan siswa dan itu bisa dimulai dari komunikasi yang efektif dan problem solving yang jelas dan terarah.
Dan mencoba menemukan solusi terbaik agar semua orang bertumbuh sebagaimana seharusnya
Komentar
Posting Komentar