Aku dan Kau Jadilah Kita
Terkadang hidup penuh ketimpangan.
Asa bertebaran dimana mana.
Mengukir wajah penuh kecemasan, ketakutan, kekhawatiran dan kekejaman.
Menakutkan bagi sebagian orang dimana hukum mirip hukum rimba.
Mereka yang kuat yang bakal berkuasa.
Agama seolah-olah lenyap dari kehidupan kita.
Bagaimana tidak, Tuhan seolah-olah tak hadir ketika manusia terjatuh di lembah terbawah kehidupan.
Menimbulkan kesedihan berkelanjutan yang sulit untuk dilupakan.
Seorang kawan, kehilangan ibu kandung sekaligus rumah tinggal di saat bersamaan .
Tampak kehidupan ini tanpa hati nurani, mereka sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Begitu juga puluhan yang lain. Mereka berjuang habis habisan dan berujung pada kegagalan.
Ah, hidup
Terkadang bercandanya ngga asyik
Puluhan orang bekerja keras seharian dan hanya cukup untuk makan.
Sebagian yang lain harus terpisah bercerai dan menjadi tanggungan hidup keluarganya.
Dimana Tuhan ketika di posisi seperti ini? Bukankah Tuhan tak akan membebani hamba melebihi kapasitas dirinya. Tapi jika diizinkan pasti mereka lebih mengakhiri kehidupan ini.
Dunia seperti hutan rimba tanpa belas kasihan.
Dan kita menyaksikan sendiri di depan bola mata kita tanpa mampu membantu menyelesaikan masalahnya.
Misal seseorang sedang kelaparan. Terus minta makan. Bukankah seharusnya kita beri mereka sepiring beras dan lauk pauk penuh gizi. Bukan ungkapan. Bersabarlah. Sabar yang dimaksud disini kurang solutif karena kelaparan bukan masalah yang ringan. Ini menuangkut hidup mati seseorang.
Ternyata benar, ketika kita sibuk dengan urusan manusia lain, masalah pribadi kita terasa kecil dan tak bermakna.
Mari Peduli, Kepedulian anda sekecil apapun berkontribusi untuk memperbaiki negeri ini
Karena hanya kebaikan yang menjadi bahasa paling iniversal dalam kehidupan.
Dan paling mudah difahami setiap orang dengan latar belakang agama, suku, ras bahkan bangsa yang berbeda.
Berbuatbaiklah dan alam akan memberikan yang terbaik untukmu. Pecinta kebaikan.
Asa bertebaran dimana mana.
Mengukir wajah penuh kecemasan, ketakutan, kekhawatiran dan kekejaman.
Menakutkan bagi sebagian orang dimana hukum mirip hukum rimba.
Mereka yang kuat yang bakal berkuasa.
Agama seolah-olah lenyap dari kehidupan kita.
Bagaimana tidak, Tuhan seolah-olah tak hadir ketika manusia terjatuh di lembah terbawah kehidupan.
Menimbulkan kesedihan berkelanjutan yang sulit untuk dilupakan.
Seorang kawan, kehilangan ibu kandung sekaligus rumah tinggal di saat bersamaan .
Tampak kehidupan ini tanpa hati nurani, mereka sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Begitu juga puluhan yang lain. Mereka berjuang habis habisan dan berujung pada kegagalan.
Ah, hidup
Terkadang bercandanya ngga asyik
Puluhan orang bekerja keras seharian dan hanya cukup untuk makan.
Sebagian yang lain harus terpisah bercerai dan menjadi tanggungan hidup keluarganya.
Dimana Tuhan ketika di posisi seperti ini? Bukankah Tuhan tak akan membebani hamba melebihi kapasitas dirinya. Tapi jika diizinkan pasti mereka lebih mengakhiri kehidupan ini.
Dunia seperti hutan rimba tanpa belas kasihan.
Dan kita menyaksikan sendiri di depan bola mata kita tanpa mampu membantu menyelesaikan masalahnya.
Misal seseorang sedang kelaparan. Terus minta makan. Bukankah seharusnya kita beri mereka sepiring beras dan lauk pauk penuh gizi. Bukan ungkapan. Bersabarlah. Sabar yang dimaksud disini kurang solutif karena kelaparan bukan masalah yang ringan. Ini menuangkut hidup mati seseorang.
Ternyata benar, ketika kita sibuk dengan urusan manusia lain, masalah pribadi kita terasa kecil dan tak bermakna.
Mari Peduli, Kepedulian anda sekecil apapun berkontribusi untuk memperbaiki negeri ini
Karena hanya kebaikan yang menjadi bahasa paling iniversal dalam kehidupan.
Dan paling mudah difahami setiap orang dengan latar belakang agama, suku, ras bahkan bangsa yang berbeda.
Berbuatbaiklah dan alam akan memberikan yang terbaik untukmu. Pecinta kebaikan.
Komentar
Posting Komentar